Dunia pendidikan formal (schooling) saat ini sudah jauh berkembang dari apa yang kita rasakan, paling tidak paling tidak jika dibandingkan dengan 5-10 tahun yang lalu. Ada banyak perbedaan yang bisa kita rasakan. Saat ini, teknologi sudah sangat berkembang dan menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Model atau gaya pembelajaran pun sudah berkembang.
Saya masih bisa sangat mengingat bahwa di masa saya sekolah dahulu, sejak SD sampai SMA (sekitar tahun 1994-2007), sebagian besar guru saya mengajar dengan cara yang sangat konvensional: menjelaskan konsep, penjelasan dengan contoh, dan latihan soal. Pelajaran tertentu seperti Bahasa Indonesia bisa saja menggunakan metode lain seperti drama. Diskusi tidak sering dilakukan seperti saat ini. Tugas berupa proyek pun bisa terbilang sangat sedikit. Bentuk pembelajaran yang menarik sangat sulit ditemukan, selain tentunya pelajaran olahraga bagi para siswa pria, atau praktikum di mata pelajaran seperti Biologi dan Fisika, atau mungkin pelajaran yang berkaitan dengan seni atau keterampilan.
Dunia pendidikan formal (schooling) saat ini sudah jauh berkembang dari apa yang kita rasakan, paling tidak paling tidak jika dibandingkan dengan 5-10 tahun yang lalu.
Saat ini, kita bisa dengan lebih mudah menemukan sekolah, dan tentunya guru-guru yang mengajar dengan cara yang lebih menarik. Project Based Learning dan Problem Based Learning lebih mudah ditemukan. Gaya mengajar guru lebih luwes dan menyenangkan bagi para peserta didik. Guru lebih dekat dengan anak, dan seterusnya.
Bentuk atau model pendidikan yang ada saat ini berusaha sekali untuk menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman ini. Namun, menurut saya, ada satu hal yang menurut saya juga berubah, tetapi mungkin dalam kondisi yang lebih tidak menyenangkan dari sebelumnya, yaitu masalah orientasi terhadap nilai. Sebenarnya, hal ini sudah terasa sejak dahulu di masa saya sekolah, tetapi, saya juga ingat bahwa di masa saya SD dahulu, ini tidak terlalu terasa dibandingkan sekarang, dan guru-guru masih begitu fokus pada pendidikan untuk membentuk sikap dan karakter yang baik. Ketika saya mengajar sejak tahun 2011 lalu, saya semakin merasakan bahwa orientasi pendidikan saat ini adalah nilai yang bagus atau tinggi.
Tidak ada yang masalah dengan mendapatkan nilai akademis yang baik, tetapi orientasi terhadap pencapaian nilai akademis yang bagus atau tinggi bisa berbahaya. Mengapa? Menurut saya, ini sangat mungkin membuat peserta didik “ketagihan” untuk mendapatkan nilai yang bagus dengan berbagai cara yang mungkin, bahkan bisa membuat anak tertekan (stres). Kesehatan mental bisa terganggu, anak tidak menikmati masa kecil mereka. Akibat jangka panjangnya, bisa saja semasa hidupnya dewasa nanti, mereka merasa kehilangan masa kecil mereka sehingga mereka tetap terus menjadi “anak-anak” pada masa dewasa mereka. Saya tidak tahu apakah hal ini akan terjadi, itu memang dugaan saya saja. Dan rasanya, belum ada penelitian untuk itu.
Tidak semua dari kita setuju dengan sekolah yang sangat berorientasi terhadap nilai, tetapi sebaliknya saya yakin bahwa banyak juga dari kita yang setuju dengan ini (walau mungkin tidak menyadarinya). Mengapa saya mengatakan demikian? Jika kita sudah mempunyai anak yang sudah masuk sekolah, apa yang akan kita tanyakan ketika pengambilan rapor? Nilai bukan? Bagaimana kalau nilai matematika di bawah standar minimal? Apakah kita mempertanyakan juga karakter atau sikapnya di sekolah, atau pergaulannya, atau cara berpikirnya? Sebagian mungkin mengatakan iya, tetapi sebagian lagi mungkin berkata tidak.
Saya pribadi, sangat tidak menyukai pendidikan yang terlalu orientasi nilai. Bagi saya, nilai seharusnya adalah hasil (outcome) dari seluruh pembelajaran dan bukan tujuan akhir pendidikan. Namun, sebagian kita, sadar atau tidak sadar, menjadikan nilai sebagai tujuan akhir pendidikan formal, bukan pendidikan terhadap pribadi manusia seutuhnya. Jika kita adalah orang tua atau pendidik, mari kita coba shift cara berpikir kita, bahwa nilai bukanlah tujuan akhir, walau mungkin pemerintah atau banyak tuntutan terhadap nilai. Saya tahu ini bukan hal mudah, tetapi proses pendidikan yang dijalankan dan dirasakan (formatif) anak lebih penting dari pada nilai akhir mereka (sumatif). Kita terlalu “ketagihan” dengan hasil berupa angka, sehingga kita lupa terhadap pendidikan yang sesungguhnya, yaitu pendidikan terhadap sikap, karakter, cara berpikir, dan cara belajar. Pendidikan tidak serendah urusan nilai angka! Ini soal MASA DEPAN mereka! Ini soal masa depan bangsa dan dunia! Mari berubah, agar pendidikan benar-benar mengubahkan hidup manusia!
“Invest in people. Educate, train, and empower them, and they will return those investments with greatness of life!”