Guru yang Memajukan Pendidikan

tfc-logo-default-web

Sejak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun lamanya, kita sudah mengetahui bahwa guru mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan secara khusus, dan dalam membimbing seseorang untuk menjadi pribadi yang baik untuk masa depan mereka.  Baik secara internasional maupun dalam konteks lokal di Indonesia, hal ini sudah menadi pengetahuan umum yang kita amini bersama.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, kita seringkali menemukan berita atau kenyataan di mana guru tidak sepenuhnya menjadi pendidik yang sejati, karena berbagai faktor yang mempengaruhi hal tersebut (latar belakang pendidikan, lingkungan, sistem, motivasi, finansial, dll.).  Contohnya, kisah di saat guru memberikan contekan untuk para peserta didik di saat Ujian Nasional berlangsung.  Walaupun begitu, kita tetap tidak bisa memungkiri bahwa terlepas dari siapa dan apa latar belakangnya, semua guru memang memiliki peran, fungsi, dan tanggung jawab yang begitu signifikan dalam kehidupan manusia, khususnya, dalam bidang pendidikan secara formal.

Setiap guru memiliki panggilan dan tujuan atau tanggung jawab utama untuk menjadi pribadi yang memberikan diri dan kehidupannya dalam rangka mengusahakan berbagai cara untuk mengembangkan diri, kemampuan, potensi, kepribadian sang murid untuk menjadi yang terbaik yang bisa mereka capai (be the best they can become).  Guru menjadi garda terdepan sistem pendidikan setiap bangsa dan negara.  Tanpa guru yang berkualitas, efektif, dan dipersiapkan dengan baik, secara ekstrim, tidak ada artinya jika negeri kita mempunyai sistem dan kurikulum pendidikan yang terbaik di dunia sekalipun (Darling-Hammond, 2000).

“Menjadi guru atau pendidik berarti memberikan diri kita untuk hidup dan masa depan mereka.”

Lalu, apa hubungannya isi artikel dengan judul artikel ini?  Bagaimana guru bisa memajukan pendidikan, khususnya di Indonesia?

Dengan pe8aae66e6fa97aa9954af3ad600e62eb4ran guru yang sangat vital dalam proses pendidikan setiap pendidikan formal di sebuah bangsa, guru memiliki peran bukan hanya untuk menjalankan kurikulum pendidikan dan “tunduk” kepada apa yang diminta oleh pemerintah.  Guru adalah orang lapangan, sekaligus mereka yang paling mengetahui apa yang terjadi dan diperlukan oleh setiap anak didik.  Entah itu sistem, kurikulum, metode ajar, dan seterusnya.  Oleh karena itu, guru seharusnya memiliki semangat dan antusiasme untuk juga terjun di dalam memajukan pendidikan di Indonesia.

Seringkali, mungkin kita merasa bahwa sistem pendidikan yang dibentuk pemerintah, kurikulum yang dibentuk dan dipakai, dan berbagai hal lainnya, tidak sesuai dengan keadaan lapangan atau merepotkan.  Dalam pengalaman saya sebagai guru selama 5 tahun, baik saya sendiri maupun rekan guru lain sering mengeluhkan hal-hal tersebut.  Kurikulum yang berganti tapi tidak jelas, sistem yang merepotkan, administrasi yang banyak, dan seterusnya.

“Mereka yang berhasil adalah mereka yang percaya terhadap apa yang mereka ingin lakukan dan mimpikan, dan mewujudkannya walaupun harus ‘mendobrak’ dan nampak dipersalahkan”

Semakin banyak belajar, saya semakin menyadari, bahwa kita seharusnya fokus pada hal-hal yang bisa kita lakukan dan ubah.  Mungkin bukan porsi kita untuk mengubah kurikulum atau sistem pendidikan nasional.  Tidak apa.  Namun terus mencari dan bertanya, apa yang bisa kita lakukan untuk memajukan pendidikan di Indonesia?  Apakah kita mempunyai metode ajar tertentu yang menarik dan efektif?  Apakah kita mempunyai usulan sistem yang lebih baik?  Kurikulum yang lebih efektif?  Kalau pemerintah terlalu fokus pada hasil angka peserta didik, apakah kita juga harus mengikutinya?

Dalam penelitian saya ke sebuah sekolah swasta Islam di Depok, sekolah swasta Katholik di Jakarta, saya menemukan bahwa sekolah-sekolah yang maju dan efektif adalah mereka yang seringkali mampu “mendobrak” keluhan-keluhan yang kita sering sampaikan terhadap pemerintah.  Setidaknya, saya menemukan hal-hal berikut:

  • Ketika kita mengeluh bahwa fokus kurikulum hanya nilai angka di rapor, mereka memilih untuk fokus membenahi praktik belajar mengajar agar menjadi seefektif mungkin dan tetap percaya bahwa nilai angka adalah produk akhir.
  • Ketika kita mengeluhkan kurikulum yang mencakup terlalu banyak pelajaran dan meteri ajar, mereka memilih untuk mengambil materi dan fokus yang esensi untuk diajarkan (essential learning)
  • Ketika dinas pendidikan setempat tidak setuju dengan apa yang mereka lakukan, mereka tetap tegas dan menjalankan apa yang mereka jalankan Karena mereka percaya itu yang terbaik bagi anak didik mereka

c33f225436e410b7c9383197406a557a

Hal-hal tersebut bisa terjadi mungkin memang dampak dari keputusan yayasan, pimpinan, kepala sekolah, atau pihak-pihak yang mempunyai otoritas.  Mungkin memang bukan peran guru untuk bisa menginisiasi hal tersebut.  Namun, jika kita hanya mengeluh, apa yang akan berubah?  Semangat untuk mendidik anak didik dengan benar melalui pendidikan yang mengubahkan dan memerdekakan harus terus ada dan diasah di dalam hati dan pikiran kita sebagai pendidik.

Bicara begini memang mudah, sedangkan ketika berada dalam keseharian di sekolah, akan lebih mudah untuk menjadi tidak semangat (luntur semangat) karena keadaan dan berbagai faktor yang ada (lingkungan, pertemanan, sistem, rutinitas, dll.).  Lalu bagaimana?  Ini beberapa saran umum dari saya:

  • Selalu ingat dan sadari bahwa kita adalah PENDIDIK, berarti kita adalah PEMIMPIN. steve-jobsPemimpin adalah mereka yang hadir untuk membawa perubahan positif.
  • Selalu mengingat panggilan dan tujuan hidup dan karya kita!
  • Tetaplah belajar! Tetaplah merasa bodoh (sehingga kita mau terus belajar)
  • Cari tahu apa yang bisa kita lakukan dalam kapasitas kita dan lakukan itu!
  • Selalu haus akan pengetahuan dan perubahan positif.
  • Mau pendidikan Indonesia berubah? Mari kita mulai dari diri kita sebagai guru, sebagai pendidik!

Lalu, apa contoh kerja konkret yang bisa kita lakukan atau inisiasi?  Misalnya:

  • Berdiskusi dengan rekan sekerja, yang mengajar mata pelajaran yang sama di jenjang kelas yang sama (contoh: sama-sama di kelas 4 SD). Saling berbagi untuk mengetahui kesulitan dan solusinya.  Sendiri kita bisa menyelesaikan satu masalah, bersama kita bisa berjalan lebih jauh dan menyelesaikan lebih banyak masalah.  Contoh: sesama guru mata pelajaran matematika bisa saling berbagi bagaimana seharusnya mengajar materi aljabar dengan baik kepada peserta didik kelas 7 SMP.  Bersama mereka bisa menemukan bagaimana bentuk soal yang baik atau apakah bisa melakukan proyek untuk materi tertentu.
  • Berdiskusi dengan rekan sekerja dari lain jenjang kelas dalam satu sekolah (guru kelas 6 SD berdiskusi dengan guru kelas 4 SD. Hal ini bisa dilakukan agar bisa saling berbagi kesulitan, tantangan, solusi, dan berbagai pengalaman lain yang dialami oleh masing-masing guru.
  • Berdiskusi dengan rekan sekerja dari lain jenjang sekolah (guru kelas SMP berdiskusi dengan guru SD atau SMA). Hal ini bisa dilakukan agar kita bisa lebih saling menghargai peran kerja guru di jenjang lain.  Selain itu, kita juga dapat lebih memahami dalam jangka panjang, materi apa yang perlu dipahami peserta didik (misalnya di masa SD) karena ke depannya (di SMP atau SMA) akan dipelajari lagi.
  • Membaca buku-buku tentang pendidikan (sesuai profesi) atau kepemimpinan. Misalnya buku karangan Haidir Baghir, John C. Maxwell.
  • Membaca hasil riset, baik lokal maupun internasional. Hal ini berguna untuk menjadi input bagi praktik belajar mengajar atau pendidikan di sekolah tempat kita bekerja.  Riset itu penting!  Dalam konteks pendidikan, Indonesia sangat ketinggalan dalam hal riset.  Ada banyak hasil riset internasional yang kita tidak pahami dengan baik, akibatnya kita praktik pendidikan kita begitu tertinggal.  Misalnya, penggunaan Project-Based Learning (PBL), kepemimpinan instruksional, kepemimpinan guru, Professional Learning Communities (PLC) yang efektif.
  • Melakukan riset seperti Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau action research.
  • Memberi masukan kepada atasan (kepala sekolah, yayasan) berdasarkan data (hasil riset, dll).
  • Memberi masukan kepada dinas pendidikan atau pemerintah.
  • Bekerjasama dengan guru-guru dari sekolah lain untuk bersama menyelesaikan suatu masalah yang serupa (saling tukar pikiran).

il_570xn-926880151_4gh8

Sebenarnya, ada begitu banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai guru dalam memajukan pendidikan secara umum.  Beberapa yang saya tuliskan hanya sedikit di antaranya.  Sekali lagi, yang terpenting adalah, mari kita bersama memperjuangkan masa depan anak didik kita.  Menjadi guru atau pendidik berarti memberikan diri kita untuk hidup dan masa depan mereka.  Ini bukan tentang kita, ini tentang mereka.  Berjuang selalu menjadi pendidik dan pemimpin yang membawa perubahan positif.  Tantangan dan masalah memang ada, tetapi bukan berarti tidak bisa diselesaikan.  Be the leader you wish you had!  Jadilah pemimpin atau pribadi yang Anda harapkan untuk dimiliki.  Berhenti mengeluh, mari berkarya!  Jalani bersama rekan kerja, sendiri kita lemah, bersama kita kuat!  Demi Indonesia yang lebih baik!

 

“Ask not what your country can do for you, ask what you can do for your country” (John F. Kennedy)

Hal ini juga berlaku dalam konteks di manapun kita berada.  Apa yang bisa kita lakukan?

 

Referensi:

Darling-Hammond, L. (2000). Teacher Quality and Student Achievement: A Review of State Policy Evidence. Education Policy Analysis Archives, 8(1), 1-44.

4 thoughts on “Guru yang Memajukan Pendidikan

Leave a comment