Saya tidak bisa, saya bingung

“Maaf Bu, saya tidak mengerti bagaimana cara melakukan pekerjaan yang Ibu minta.”

“Maaf Pak, saya tidak tahu bagaimana mengajarkan materi ini dengan efektif.”

Kalau kita bekerja sebagai atasan dari orang tersebut, apa yang kita pikirkan pertama kali? Sangat mungkin bagi kita untuk berpikir dan merespon dengan negatif, seperti “Masa gini aja gak bisa sih!?”, atau “Kalau gini aja gak bisa, kok dia bisa masuk kerja di sini sih ya,” atau “Duh saya sibuk, kamu pikirin donk. Pokoknya harus bisa, saya tidak mau tahu,” atau respon-respon negatif lainnya.

Dalam dunia kerja, sebagian dari kita seolah-olah tidak dapat berbuah salah. Merasa bingung atau tidak mengerti seolah sangat terlarang. Akibatnya, kita tidak berani bertanya dan tidak benar-benar berkembang. Lebih buruk lagi, kita tidak merasa dipedulikan dan aman bekerja di tempat itu.

Jika kita bekerja di lingkungan kerja seperti yang diceritakan di atas, saya tidak yakin kita akan mau bertahan lama (terlebih lagi para millennials). Padahal, bahkan dalam teori kepemimpinan, tidak masalah ada orang yang demikian, dan justru tugas para pemimpin untuk menolong karyawan seperti ini, yang bingung dan merasa tidak mampu, untuk dapat berkembang. Di sanalah kita menunjukkan bahwa kita bisa menjadi pemimpin yang baik.

Salah satu indikator lingkungan yang positif adalah bahwa karyawannya tidak merasa takut untuk salah dan bingung dan bertanya. Tidak masalah untuk merasa lemah dan meminta pertolongan, dan juga sebaliknya rekan yang lain merasa senang untuk membantu. Pada lingkungan yang demikian, rasa kekeluargaan, kebersamaan, percaya, dan kesetiaan bertumbuh, dan sangat mungkin untuk para karyawan merasa betah bekerja di tempat demikian untuk jangka panjang.

Mana yang kita pilih?