Menjadi pemimpin tidaklah mudah. Berhubung saya bekerja di bidang pendidikan, maka saya akan coba mendeskripsipkan pekerjaan kepala sekolah.

Kepala sekolah merupakan pemimpin akademik tertinggi di sebuah sekolah dan memiliki pekerjaan yang sangat kompleks, khususnya di masa kini. Kepala sekolah dituntut sangat banyak, khususnya untuk memastikan bahwa prestasi belajar para peserta didiknya cemerlang. Hal ini, sangat wajar, membuat para kepala sekolah cenderung untuk terlibat secara langsung untuk memastikan prestasi belajar peserta didik maksimal.

Banyak cara yang sebetulnya dapat dilakukan kepala sekolah. Namun, rasanya cara yang paling dianggap masuk akal secara umum adalah dengan memastikan kualitas guru dan kualitas pengajaran semaksimal mungkin. Apa akibatnya? Sistem rekrutmen dioptimalkan agar dapat merekrut guru-guru yang berkualitas, kepala sekolah melakukan supervisi dan observasi guru secara langsung (maupun tidak langsung) untuk memastikan kualitas pengajaran terjaga, dan sistem penilaian/appraisal yang secara rutin dilakukan (biasanya 1 tahun 1 kali) untuk melakukan “penghakiman” terhadap guru dan kemudian “menyaring” guru yang ada.

Ini belum termasuk dengan segala pekerjaan administratif harian, tanggung jawab untuk mengajar (bagi sebagian kepala sekolah), berkoordinasi dengan rayon atau pengawas sekolah, memastikan program kegiatan sekolah berjalan baik, bertemu dengan orang tua peserta didik, dan berbagai hal lainnya.

Kalau kita “hanya” menjadi guru, pernahkah kita bayangkan beratnya pekerjaan pemimpin kita? Apakah kita mau menggantikan mereka? Kalau tidak, seberapa sering juga kita telah membantu mereka? Minimal, dengan melakukan pekerjaan kita sebaik-baiknya.

Seberapa berat menurut kita pekerjaan para pemimpin ini?