Siapa muridku?

Jika kita adalah seorang guru, siapa murid kita? Sudah jelas lah ya tidak perlu dijawab. Namun pertanyaannya, kalau kita seorang kepala sekolah? Orang tua? Presiden direktur? Kepala keamanan? Suster kepala? Pendeta? dan seterusnya… siapa murid kita?

Jika kita berbicara dalam konteks jabatan struktural resmi di tempat kita bekerja, murid kita adalah mereka yang secara struktural jabatan persis ada di bawah kita. Murid dari kepala sekolah adalah guru-gurunya (atau juga wakil kepala sekolah), murid dari orang tua adalah anak-anaknya, murid dari kepala keamanan adalah para staf keamanan, murid dari manajer adalah stafnya, dan seterusnya.

Secara khusus, bagi para pimpinan sekolah, ini menjadi hal penting. Khususnya bagi kepala sekolah yang sudah tidak lagi mendapatkan tugas mengajar di kelas, mengetahui siapa muridnya menjadi penting untuk mengingat bahwa pada dasasrnya ia adalah seorang guru, dan mempunya murid yang perlu diajar dan dididik. Kalau biasanya, sebagai guru, mereka mengajar dan mendidik murid, ketika menjadi pimpinan di sekolah, murid mereka berganti menjadi staf guru, admin, dan wakil kepala sekolah.

Layaknya mengajar dan mendidik murid di kelas yang tidak mudah dan memiliki beragam kebutuhan, demikian pula mendidik guru, admin, dan wakil kepala sekolah juga tidak mudah dan membutuhkan pendekatan yang berbeda-beda. Ada staf yang mungkin mempunyai kesulitan keuangan di keluarganya, kurang mempunyai keterampilan tertentu, atau mempunyai masalah dan kebutuhan lainnya.

Layaknya menjadi guru ideal yang inspiratif bagi murid di kelasnya, hendaknya kita juga menjadi “guru ideal yang inspiratif” bagi “murid” kita saat ini. Layaknya guru di kelas yang perlu untuk memerhatikan keadaan dan kebutuhan setiap muridnya, walau sulit, demikian juga kita sebagai pimpinan. Betapapun beragamnya dan banyaknya, kita tetap harus berusaha sebaik mungkin untuk melayani dan memimpin mereka sebaik-baiknya.

Jadi, siapa murid Anda saat ini, dan apa yang Anda sudah lakukan untuk mereka?