“We only deserve a styrofoam cup” – Simon Sinek, on Leaders Eat Last
Apakah kita memegang jabatan struktural tertentu di perusahaan/kantor tempat kita bekerja? Manajer? Koordinator? Kepala Sekolah? Direktur? Pemegang saham?
Jabatan apapun yang kita emban, pasti ada keuntungan yang kita terima. Mulai dari keuntungan sederhana dan kecil hingga keuntungan dan kenyamanan yang cukup besar. Misalnya, jika kita seorang manajer (atau pimpinan langsung di atas staf), mungkin kita mempunyai keuntungan untuk dibelikan makanan atau minuman oleh staf atau Office Boy/Office Girl. Bahkan dalam banyak cerita, staf pun bisa mempunyai keuntungan itu. JIka posisi kita lebih tinggi lagi, mungkin kita mempunyai ruangan tersendiri yang setiap harinya sudah tertata rapi dan bersih setiap kali kita datang ke ruang kerja kita. Mungkin ada sopir dan mobil kantor khusus diberikan kepada kita ketika memegang jabatan itu, kita disediakan kopi atau the di gelas keramik setiap harinya. Ada juga keuntungan tambahan bonus atau asuransi yang cukup besar.
Pertanyaannya, untuk siapakah setiap keuntungan tersebut? Untuk kita pribadi (sebut nama Anda masing-masing)? atau.. karena kita memegang jabatan tersebut?
Saya suka sekali dengan kisah yang diceritakan Simon Sinek terkait hal ini. Anda bisa menonton videonya (https://www.youtube.com/watch?v=dGHWy60VdXw) atau membacanya di https://larrysaliga.wordpress.com/2017/09/24/you-deserve-a-styrofoam-cup-a-lesson-in-humility-by-simon-sinek/. Ia menceritakan kisah seorang mantan pejabat pemerintahan yang menyadari hal tersebut. Ketika ia masih menjabat, dan ia menjadi pembicara di sebuah konferensi, ia mendapatkan tiket penerbangan kelas bisnis, ada orang yang menjemputnya di bandara dan membawanya ke hotel. Hotel sudah diaturkan dan sudah check in. Ketika esoknya ia akan pergi ke konferensi, sudah ada orang yang ditugaskan untuk menjemputnya di lobi dan mengantarnya. Tanpa diminta, ia diantar ke pintu belakang gedung konferensi, ke ruang tunggu, dan diberikan secangkir kopi.
Ketika ia sudah tidak lagi memegang jabatan, ia tidak lagi mendapatkan semuanya itu. Ia berangkat sendiri, naik pesawat kelas ekonomi, pergi ke hotel sendiri, check in sendiri. Tidak ada orang yang menjemput dan mengantarnya. Ketika ia sampai di tempat konferensi, ia pergi sendiri ke ruang tunggu dan ketika ia bertanya di mana ia bisa mendapatkan kopi, orang menunjuk kepada mesin kopi dan gelas styrofoam.
Cangkir keramik itu diperuntukkan jabatannya, bukan dirinya.
Sekarang refleksi bagi kita, keuntungan apa yang kita terima karena jabatan atau status kita? Apakah kita akan terus mendapatkannya walau kita tidak menjabatnya lagi? Atau kita mendapatkan keuntungan itu karena diri kita apa adanya?
Bersyukurlah untuk apa yang kita miliki, sekaligus lakukanlah tanggung jawab yang harus kita lakukan. Tetaplah rendah hati, karena cangkir keramik itu untuk jabatan kita, bukan untuk kita.