Hidup berubah

Pernikahan menjadi momen berharga bagi banyak orang, sekaligus juga mengubah kehidupan. Saat pacaran, perlu pergi dan dana ekstra untuk bertemu dan menikmati momen bersama. Ketika sudah menikah, ke mana-mana bisa berdua. Di masa pacaran, segala hal tentang kita dan dia. Ketika sudah menikah, kehidupan bukan hanya tentang kita sebagai pasangan tetapi juga masa depan menyangkut anak.

Khususnya, ketika sudah mempunyai anak, hidup jelas akan berubah. Saya tentunya tidak tahu karena belum mempunyai anak. Namun, dari berbagai diskusi dengan teman-teman saya yang lebih tua dan yang sudah mempunyai anak, mereka dengan jelas mengatakan bahwa hidup mereka berubah. Bukan berarti bahwa mereka tidak senang ketika sudah mempunyai anak. Hidup mereka berubah dan kesenangan pun berubah.

Apa yang menjadi fokus orang tua atau pasangan suami istri yang sudah mempunyai anak adalah anak mereka. Hidup bukan lagi tentang diri kita. Demikian juga seharusnya pemimpin di perusahaan/organisasi, seperti kata Bob Chapman, CEO dari perusahaan manufaktur Barry-Wehmiller. CEO dari perusahaan seperti layaknya orang tua yang mempunyai banyak anak-anak. Hidup mereka bukanlah tentang diri mereka semata, tetapi bagaimana tanpa lelah mengusahakan segala hal untuk membangun dan menumbuhkan anak-anak mereka. Bahkan, seperti orang tua, seharusnya mereka rela mengorbankan banyak hal demi kepentingan anak (karyawan dan bawahan).

Ketika kita menjadi orang tua, ketika menjadi pemimpin, hidup kita tidak akan sama lagi. Kita bertanggungjawab atas seseorang, bukan lagi diri kita semata. Tentu akan lebih lelah. Masalahnya, ada banyak orang yang seperti tidak mau mengakuinya (denial) dan tidak hidup sesuai dengan apa yang harusnya mereka lakukan (live up to the standard). Banyak orang yang tetap hidup egois dan berharap para bawahan dan anak mereka memahami keadaan mereka. Mungkin itu bisa dilakukan, namun, sejauh apa dan sampai kapan?

Sekali lagi, menjadi orang tua, menjadi pemimpin tidaklah mudah. Beranikah kita mengambil tanggung jawab itu?