Jennifer adalah seorang manajer keuangan di tempatnya bekerja. Ia memimpin 4 orang staf keuangan, dan tim ini dibentuk untuk mengelola keuangan perusahaan dan memastikan neraca keuangan terjaga positif. Suatu kali, terjadi kesalahan kerja pada tim yang disebabkan kesalahan instruksi oleh Jennifer. Seluruh anggota tim, termasuk Jennifer dipanggil oleh Direktur Keuangan dan mendapatkan teguran keras. “Maafkan saya, maafkan kelalaian saya.” Itu yang dikatakan Jennifer saat itu di depan staf dan direktur.
Mengingat posisi Jennifer yang merupakan manajer divisi keuangan, tepatkah yang ia lakukan dengan meminta maaf di depan para stafnya? Bukankah seharusnya ia sebaiknya memarahi stafnya atas kesalahan mereka, walau dia sendiri punya andil juga? Bukankah setiap staf bertanggungjawab juga untuk peka, detil, dan mengkritis pekerjaannya? Bukankah dengan demikian Jennifer kehilangan kredibilitasnya sebagai pimpinan para staf tersebut?
Tentunya, kita tidak bisa menilai situasi ini dari satu sisi semata. Namun, menarik untuk mencermati apa yang dilakukan Jennifer. Meminta maaf tidaklah mudah dilakukan seorang pimpinan, terlebih lagi jika ia sudah cukup berpengalaman, senior, dan memegang posisi penting. Akan lebih mudah untuk menyalahkan dan mengoreksi orang lain. Namun, coba tempatkan diri kita di posisi staf Jennifer. Apa yang kita rasakan?
Saya sendiri akan merasa Jennifer luar biasa. Mengakui kesalahan dan meminta maaf menunjukkan bahwa ia rendah hati, besar hati, dan berani bertanggungjawab, kualitas penting seorang pemimpin sejati. Tapi, tidak bisa berhenti sampai di situ saja. Kualitas kepemimpinannya ditentukan dari apa yang Jennifer lakukan setelah pertemuan itu.
Jika kita adalah Jennifer, apa yang kita lakukan?