Seorang manager perusahaan besar memberikan perintah kepada staf bawahannya, “Farhan, saya minta kamu selesaikan laporan keuangan event kemarin.” Farhan pun menjawab, “Kapan harus saya berikan Pak?” “Yang pasti harus dalam minggu ini, tetapi lebih cepat lebih baik. Karena laporan tersebut perlu diserahkan ke direktur secepat mungkins”
Sepasang suami istri mendambakan kelahiran anaknya yang saat ini masih berada di kandungan sang Ibu dengan usia 8 bulan. Karena alasan kesehatan dan kekuatan rahim sang Ibu, sang Ibu harus menjalani operasi cesar saat usia kandungan 8 bulan 1 minggu.
JIka kita menilik kepada kedua kisah tersebut, keduanya memiliki satu kesamaan, yaitu lebih cepat dari biasanya atau yang diharapkan. Namun, hasil dari sifat “lebih cepat” itu memiliki hasil yang berbeda. Pada kisah pertama, lebih cepat menyelesaikan pekerjaan laporan menjadi suatu hal yang baik dan sangat diharapkan. Namun, pada kisah kedua, lebih cepat lahir dari seharusnya tidaklah merupakan hal baik.
Apa maksud saya dengan membandingkan kedua kisah ini? Saya ingin sharing mengenai judul tulisan ini. Di dunia yang serba cepat dan persaingan di mana-mana, keinginan untuk lebih cepat dari biasanya atau lebih cepat dari orang lain menjadi hall umrah yang kita lihat dan alami. Lebih cepat naik jabatan, lebih cepat berpenghasilan besar, lebih cepat punya rumah, lebih cepat punya pasangan, lebih cepat selesai pekerjaan, lebih cepat, lebih cepat, lebih cepat. Namun, sadarkah juga kita bahwa lebih cepat tidak selalu lebih baik?
Seperti halnya lebih cepat lahir ke dunia dikatakan sebagai lahir prematur, demikian juga ada hal-hal yang tidak bisa dipercepat atau menjadi buruk jika dipercepat. Misalnya, kesuksesan. Mungkin kita bisa melakukan segala cara untuk mempercepatnya, tetapi tetap ada kerja keras yang harus dilakukan dan tidak ada yang benar-benar tahu kapan kita bisa mencapai kesuksesan itu. Contoh lain, kematian. Tentunya kita tidak mau meninggal lebih cepat bukan?
Untuk segala hal ada waktunya. Mengambil jalan pintas agar apa yang kita mau lebih cepat tercapai bukanlah solusi. Terlebih lagi, ketika jalan pintas itu demi keegoisan kita sendiri dan bertentangan dengan pegangan moral seharusnya.
Melakukan dan mencapai segala sesuatu dengan cepat memang baik, tetapi renungkan juga hal-hal yang tidak bisa kita capai dengan cepat. Karena itu, dalam pengambilan keputusan, pikirkanlah dengan baik, ikuti kata hati nurani yang sejalan dengan nilai luhur moral dan agama. Misalnya, apakah menjadi kaya dengan korupsi uang sedikit demi sedikit adalah jalan yang tepat? Apakah memalsukan data diri demi mendapatkan pinjaman merupakan hal baik? Apakah memasang kedok demi mendapatkan pasangan yang luar biasa adalah hal yang baik?
Mari menjalani hidup dengan pas, tepat pada waktunya. Tidak selamanya lebih cepat itu lebih baik.