Tulisan semalam, saya membicarakan soal bagaimana pentingnya mempunyai dan melatih keterampilan berpikir kritis. Namun, sadar juga kah kita bahwa ada sisi buruk dari sikap berpikir kritis, tentunya jika terlalu berlebihan?
Keterampilan berpikir kritis dapat membawa naik ke level yang lebih tinggi, karena ini berarti kita mempunyai kemampuan analisa dan refleksi yang baik. Dampaknya, kita bisa mengerjakan berbagai pekerjaan dengan lebih baik, yang akhirnya berdampak pada hasil akademis/nilai yang baik, pekerjaan yang baik, dan berbagai pencapaian lainnya.
Lalu, di mana sisi buruknya? Begini. Bayangkan jika kita sangat mengkritisi segala hal, berarti kita tidak bisa menerima sesuatu apa adanya. Kita kebablasan mengkritisi berbagai hal dan menjadi tidak puas akan berbagai hal. Merasa bahwa selalu ada yang bisa diperbaiki dan ditingkatkan memang baik, tetapi di sisi lain, kita membutuhkan keterampilan bersyukur dan membiarkan beberapa hal pada tempatnya. Misalnya, kita tidak bisa mengubah orang lain betapapun kita berusaha. Kita hanya bisa menginspirasi mereka dan mendorong mereka untuk berubah. Kalau kita terlalu mengkritisinya, kita akan jatuh pada kondisi memandang orang lain sebagai orang yang buruk.
Karena itu, sekali lagi, keseimbangan menjadi hal penting. Memiliki keterampilan berpikir kritis memang penting, namun pada taraf tertentu kita perlu berhenti dan menerima keadaan seperti apa adanya. Selalu menerima keadaan apa adanya juga tidak baik, dengan demikian tidak ada yang berubah menjadi lebih positif. Mengkritisi dan melihat dengan perspektif berbeda untuk apa yang bisa diubah juga menjadi hal baik.
Selamat belajar bersikap dan berpikir kritis, namun di sisi lain, selamat belajar untuk menerima keadaan diri dan sekitar. Kritisi diri kita juga yang terlalu mengkritisi, karena selalu ada sisi positif dan negatif dari suatu kondisi, seperti koin yang tidak terlepas kedua sisinya.