Bebas memilih

Baru-baru ini, saya menemukan anak murid kelas saya (saat ini saya seorang wali kelas) mewarnai rambutnya menjadi coklat. Mereka tidak mewarnainya baru-baru ini, tetapi seperti di banyak sekolah, termasuk di sekolah saya saat ini, mewarnai rambut menjadi warna yang tidak sesuai rambut asli mereka merupakan hal yang berlawanan dari peraturan sekolah.

Apa hubungannya dengan tulisan saya ini donk ya?

Setiap orang mempunyai pilihan, dan berhak memilih sesuai dengan keinginan atau kebutuhannya. Sama seperti murid-murid saya tersebut, mereka berhak memilih untuk mengecat atau mewarna rambut mereka atau tidak. Sama seperti kita juga, memiliki kebebasan untuk memilih apakah kita mau menikah atau tidak, mau bekerja di bidang apa, mau kuliah apa, mau belajar atau tidakm mau makan apa, dan seterusnya.

Namun, seringkali kita berhenti pada langkah ini dan melupakan langkah berikutnya, menerima konsekuensi dari pilihan yang kita ambil.

Menentukan pilihan dan mengambil keputusan memang sesuatu yang penting. Namun, juga perlu diingat bahwa selalu ada konsekuensi dibaliknya, baik itu konsekuensi positif atau negatif. Sayangnya, kita tidak bisa memilih konsekuensinya, walau kita mau. Kita bisa memilih untuk melanggar aturan, tetapi juga harus menerima konsekuensi hukumannya. Sedangkan, kita lebih suka memilih melanggar aturan tetapi tidak mendapatkan hukuman karenanya.

Dalam beberapa hal, mungkin kita bisa menghindari konsekuensinya, seperti ketika ditilang, kita bisa menghindari hukuman denda tilang yang besar dengan beragam cara, bahkan termasuk memberikan uang suap. Nampaknya tidak ada konsekuensinya bukan? Tentu tetap ada. Pertama, kita tetap kehilangan sejumlah uang. Kedua, kita menerima konsekuensi bahwa diri kita tidak jujur atau menjaga integritas kita. Ketiga, kita membuat orang lain juga berdosa atas perbuatan kita (walau mereka juga mau).

Hal ini berlaku di mana saja tentunya, bukan hanya terkait lalu lintas maupun di pendidikan formal. Setiap tindakan pasti memiliki konsekuensinya. Sayangnya, kita hanya berani menerima konsekuensi positif dan menyenangkan, tidak yang sebaliknya. Padahal, ya terima saja lah karena memang apapun itu pasti ada konsekuensinya. Bagian kita adalah untuk menjalani dan menikmatinya, bahkan ketika kita melakukan kesalahan (tapi jangan lupa evaluasi diri).

Kita bisa memilih untuk mengeluh dalam pekerjaan, tetapi juga terima konsekuensi bahwa kita akan semakin mengeluh dan tidak banyak hal berubah.

Kita bisa memilih untuk bangkit dan mengerjakan apa yang bisa kita lakukan dan berusaha mengubah situasi menjadi lebih baik, dan konsekuensinya bisa jadi kita ditolak atau berhasil.

Apapun itu, hal terpenting adalah menyadari bahwa selalu ada konsekuensi di balik tindakan kita, dan memeluknya (embrace) dengan hati terbuka.