Salah satu feedback atau komentar dari guru yang saya paling sering dengar atau baca adalah seperti berikut ini:
“Sebetulnya dia anak yang pintar dan mempunyai banyak potensi. Ia hanya perlu belajar lebih giat.”
Kata “lebih giat” bisa diganti atau ditambahkan dengan “lebih fokus”, “lebih tekun, atau semacamnya. Pertanyaannya, tepatkah feedback semacam ini?
Sebetulnya, tidak ada yang salah dengan feedback tersebut. Sama sekali tidak masalah. Bahkan, dalam banyak kasus sebetulnya tepat. Seringkali, anak, atau kita, memang kurang rajin atau kurang memberikan usaha yang cukup baik. Kita tidak belajar cukup rajin dan keras, kita tidak bekerja cukup keras, sehingga hasilnya pun juga tidak cukup baik.
Namun, sebagian guru dan orang tua memiliki kecenderungan untuk memberikan nasihat generik semacam itu, karena tidak sepenuhnya tahu apa yang harus dikatakan. Padahal, yang dibutuhkan adalah feedback yang spesifik. Apa yang menjadi kekuatannya, apa yang menjadi kelemahannya. Mana yang bisa dikembangkan lebih lanjut, mana yang masih menjadi pergumulan.
Sebagian dari kita mungkin terjebak pada praktik ini. Hanya sekadar mengatakan, “kamu anak yang hebat kok, terus berusaha lagi pasti bisa kok!” Lama-lama, kita pun bisa jengah, seraya berkata, “Aku juga sudah usaha banget kali ini. Tapi ya memang mau bagaimana lagi?!”
Mulai saat ini, ketika kita memberikan feedback kepada orang lain, atau anak didik kita, ingatlah untuk memberikan feedback yang spesifik. Beberapa contoh berikut bisa dipakai:
- Stop mengatakan bahwa “ia orang yang baik”. Buatlah lebih spesifik, misalnya: “Ia orang yang sabar, teguh pada pendirian, dan tidak mudah mengeluh.”
- Kalau ada anak yang mendapatkan hasil kurang baik di tes matematika, “Berdasarkan hasil tes, kamu menunjukkan bahwa kamu kurang memahami konsep dan cara memfaktorkan polinomial kuadratik, dan ada beberapa kesalahan karena kurang teliti. Namun, kamu sudah menunjukkan bahwa kamu bisa menggunakan rumus kuadratik. Pelajari dan latihan lebih banyak di bagian yang masih kurang ya.”
Memberi feedback pun perlu latihan, bukan hanya mereka yang sedang dalam proses belajar. Ini mungkin karena kita pun tidak mendapatkan pengalaman serupa. Namun, seperti layaknya memberi apresiasi positif, memberi feedback spesifik pun pasti bisa dikembangkan lebih lagi agar memberi dampak lebih signifikan dan positif bagi mereka di sekitar kita. Semakin kita bisa membuatnya menjadi spesifik, itu juga menunjukkan kita semakin kritis dalam berpikir.
Selamat belajar, selamat memberi feedback spesifik yang membangun, selamat menjadi kritis.