Coba lagi

Livia:    “Pak, bagaimana kalau salah nanti?”

Guru:    “Sudah tidak apa-apa. Paling penting itu kamu coba dulu.”

Livia:     “Terus, kalau salah nanti bagaimana?”

Guru:    “Ya dicoba lagi.”

 

Percakapan tersebut nampak sederhana, namun apa yang bisa kita pelajari? Seberapa sering kita membiarkan anak kita, atau anak murid kita berbuat salah dari hasil percobaannya?

Saya rasa, pendidikan di masa kini sangat tidak membiarkan hal tersebut. Nilai ujian harus bagus, karena nantinya berdampak pada ranking atau persepsi masyarakat tentang sekolah. Nilai ujian harus bagus, karena kalau tidak akan sulit masuk ke jenjang berikutnya. Semua harus benar, kalau tidak bukan anak yang pintar. Sumber daya semakin kaya, dan anak semakin dituntut untuk benar dalam segala hal. Pendidikan masa kini semakin sulit saja rasanya.

Benar dalam segala hal, memang tidak masalah. Namun, kita seringkali lupa bahwa ini adalah masa pendidikan. Tidak selalu yang dilakukannya tepat. Tidak selalu yang dilakukannya sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tidak selalu yang dilakukannya atas dasar pemikiran dan alasan yang tepat. Justru, pada masa ini lah kita sebagai pendidik dan orang yang lebih bijaksana dan dewasa perlu mengarahkan mereka dalam keterbatasan, kelemahan, dan kesalahan yang mereka perbuat.

Dalam sebuat penelitian neurosains, ditemukan bahwa berbuat kesalahan dalam belajar adalah hal yang baik! Menarik bukan? Menurut penelitian ini, ketika kita berbuat salah, otak kita justru berkembang. Sebaliknya, mereka yang terus berusaha benar justru kalah berkembang. (http://youngmathematicians.edc.org/mindset/the-power-of-making-mistakes/)

Mungkin ini nampak aneh bagi sebagian dari kita, dan celakanya, masyarakat seringkali menghakimi kita ketika kita berbuat salah. Memang, ada batasnya, seperti moral dan etika. Namun, kita juga perlu memberi ruang untuk itu, baik dalam pendidikan formal, informal, di rumah, bahkan dalam bisnis dan pekerjaan sekalipun.

Walau begitu, ini bukan berarti kita jadi punya alasan untuk selalu berbuat salah. Tidak! Justru, kita dituntut untuk belajar dan bekerja sebaik-baiknya, dalam kesempatan berbuat salah dan gagal. Justru dari sanalah kita berefleksi dan mengevaluasi, dan semakin memahami apa yang harus kita lakukan ke depannya.

Berani kotor itu baik, berani salah itu baik.