Kepuasan pemimpin

Kemarin, 31 Agustus 2019, sekolah tempat saya mengajar mengadakan open house dan charity fun fair. Pada kegiatan charity fun fair tersebut, setiap kelas membuka stall jualan sesuai dengan kesepakatan masing-masing kelas. Ada kelas yang menjual permainan, ada yang makanan berat, ada yang makanan ringan, dan ada juga yang minuman dan makanan pencuci mulut. Acara ini diadakan bertujuan untuk memberikan ruang bagi anak-anak untuk belajar berbisnis, berjualan, sekaligus juga mendorong mereka belajar untuk melihat bahwa hasil kerja keras mereka akan didonasikan bagi mereka yang membutuhkan.

Persiapan kami tergolong tidak maksimal. Saya dan rekan saya merupakan wali kelas untuk kelas 10, jadi kami lebih menjadi fasilitator dan lebih membiarkan anak-anak yang memutuskan dan mempersiapkannya. Dalam kurun waktu sekitar 1 bulan, kami, khususnya anak-anak mempersiapkan tema dan jenis makanan yang akan dijual. Mulai dari membuat keputusan apa yang akan dijual, mencobanya terlebih dahulu, hingga hari-h kemarin. Mereka memilih menjual cotton candy, milk tea, dan milkshake. Dua minggu sebelumnya, mereka melakukan percobaan untuk membuat ketiga jenis makanan/minuman tersebut di rumah salah satu murid.

Dari persiapan selama ini, hasilnya kemarin menurut saya sebenarnya tidaklah cemerlang. Dekorasi cukup menarik dan dipersiapkan dengan baik, tetapi organisasi kerja ketika berjualan tidaklah cukup baik. Kurang adanya kejelasan pembeli harus antre di mana, siapa yang membuat apa, dan lainnya. Terlebih lagi, ternyata mereka tidak cukup menyadari bahwa membuat 1 buah cotton candy memakan waktu cukup lama, dan hanya ada 1 mesin untuk membuatnya.

Alhasil, penjualan cotton candy gagal total. Padahal banyak sekali pembeli yang berminat, khususnya anak-anak kecil. Penjualan milk tea dan milkshake juga tidak terlalu memuaskan. Hingga di tengah-tengah, ketika jumlah pembeli sudah merosot, ada salah satu murid yang merasa gemas dan berusaha memperbaiki ini dan itu. Sekitar setengah jalan, murid satu ini mengatakan bahwa ia akan berjualan berkeliling.

Sebenarnya, ide berjualan berkeliling memang sudah dicetuskan, dan bahkan sudah ada murid yang akan melakukannya. Namun, tidak ada nampan dan minuman yang akan dijual pun tidak ada. Anak-anak ini sudah sangat kerepotan pada awalnya melayani pembeli yang datang. Lambat laun, mereka semakin tidak kompak dan ketika hampir tidak ada yang membeli lagi, banyak yang memilih untuk berjalan-jalan dan melihat ke stall lain dan main, padahal masih ada sekitar 1 jam untuk mereka berjualan. Sedangkan, 1 murid yang tadi bersama beberapa anak lain masih bertahan untuk membuat dan berjualan berkeliling.

Image result for the joy of being a teacher

Memang sulit bagi saya menceritakan dengan detil di tulisan ini. Saya tidak cukup mampu menggambarkan semuanya. Namun, saya ingin mengatakan bahwa saya merasa bangga terhadap mereka, terlepas dari kekacauan yang ada. Khususnya, terhadap sebagian anak yang memperjuangkan jualan sampai akhir.

Kegiatan-kegiatan yang mereka jalani, tekanan yang mereka terima dalam kegiatan tersebut, memberi gambaran mengenai siapa mereka dan potensi mereka. Terlepas dari segala kekurangan mereka, saya bangga menjadi wali kelas mereka. Saya puas melihat bahwa anak-anak menunjukkan kemampuan dan potensi mereka, dalam segala kekurangan yang ada. Ada anak yang sudah jago dalam mendesain poster dan mendekorasi. Ada anak yang sudah jago berjualan. Ada anak yang sudah jago problem-solving. Ada anak yang rela membantu tanpa dilihat.

Setiap anak ini akan menjadi masa depan dunia kita. 5 tahun, 10 tahun lagi, mereka yang akan memimpin kita, dan saya bangga menjadi bagian dalam perjalanan hidup mereka dan membantu menemukan potensi mereka.

Besok, ketika masuk sekolah, saya akan menyatakan hal ini juga kepada mereka, dan akan memfasilitasi evaluasi dan refleksi terhadap kegiatan kemarin, dengan harapan agar mereka terus bertumbuh dan belajar menjadi pribadi-pribadi yang mau terus menemukan potensi mereka.

Image result for teacher inspires

Inilah kepuasan saya sebagian pendidik, dan yang saya amini juga bagi seharusnya setiap pemimpin. Setiap pemimpin sejati seharusnya semakin berbahagia atas keberhasilan pengikutnya bertumbuh dan memenuhi potensinya. Setiap pemimpin sejati seharusnya semakin senang ketika pengikutnya belajar menjadi pemimpin. Setiap pemimpin sejati mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang lain untuk menjadi orang-orang yang menginspirasi dunianya.

Bagaimana dengan Anda?