Hana : “Liburan besok aku mau ke Solo nih.”
Asti : “Ih ngapain ke Solo gak ada apa-apa gitu. Mending ikut aku aja, kita jalan-jalan
ke Bandung. Bisa kuliner dan banyak tempat wisatanya juga. Dingin pula.”
Fira : “Iya bener, daripada ke Solo, mending ke Bandung aja. Atau kalau nggak, kita
ke Australia saja! Pas mau musim dingin. Aku nemu tiket murah juga. Terus, di
sana kita bisa menginap di tempat saudaraku. Jadi, pengeluaran lumayan bisa
ditekan.”
Asti : “Wah iya boleh juga tuh! Ayuk ayuk! Asyik pasti ke Australia. Aku belum
pernah juga.”
Hana : “Aku tetap mau ke Solo ah. Aku belum pernah ke sana. Aku mau berkunjung ke
sekolahku dulu sana.”
Kalau kita ada di posisi Hana, mana yang akan kita pilih? Mengikuti pilihan kedua sahabat kita, atau tetap pada tujuan akhir kita?
Bagaimana jika diubah konteksnya? Bagaimana jika ini soal memilih pasangan hidup? Gaya hidup? Pilihan pekerjaan atau karier? Ide bisnis? Pilihan jurusan kuliah? Keputusan dalam pekerjaan, atau keputusan-keputusan lainnya?
Jika ada teman yang mengajak kita memakan makanan sehat, apakah kita akan mengikutinya? Jika ada teman yang mengajak kita berbisnis dengan korup, apakah kita akan mengiyakannya? Jika ada kesempatan berkuliah di jurusan komunikasi, apakah kita akan mengambilnya? Jika kita mendapat kesempatan bekerja di perusahaan besar tetapi berlawanan dengan keinginan hati dan mimpi, apakah kita akan mengambilnya?
Untuk tidak salah fokus, sangat penting bagi kita untuk memfokuskan diri dan konsisten memandang pada final destination kita, tujuan akhirnya, purpose, mimpi, apapun itu namanya. Ketika kita yakin dengan tujuan yang ingin kita capai, rute yang kita akan ambil bisa fleksibel dan disesuaikan, asal arahnya menuju pada tujuan yang sama. Namun, jika kita tidak memiliki tujuan akhir yang jelas, itu akan memengaruhi nilai yang kita pegang, dan pada akhirnya juga memengaruhi keputusan-keputusan kita di sepanjang jalan.
Jika kita tidak tahu mau liburan ke mana, atau yang penting liburan, mungkin kita akan mengikuti usulan Fira, pada contoh percakapan tadi. Namun, seperti Hana yang tahu jelas dia mau pergi ke Solo karena ada tujuan yang ingin dicapai, ia lebih mudah untuk tidak tergoyahkan.
Mengapa saya katakan lebih mudah? Karena, pada realitanya, ada kalanya kita bisa hilang fokus dan lebih mementingkan tujuan jangka pendek, daripada tujuan akhirnya. Sama seperti pebisnis ang lebih mementingkan omzet atau keuntungan bisnisnya, daripada visi atau alasan mengapa ia memulai bisnisnya. Sama seperti pasangan suami istri yang memilih bercerai karena merasa hilang fokus pada tujuan bersama.
Mari, berusaha memperjuangkan perjalanan menemukan final destination kita, tujuan hidup kita. Mungkin dalam 1-2 tahun ke depan belum nampak jelas. Tidak apa-apa. Teruslah berjalan, teruslah berusaha. Suatu hari nanti ketika kita tekun mengusahakannya, kita akan menemukannya. Ketika kita sudah menemukan atau dapat memformulasikan dengan jelas dan yakin akan tujuan hidup kita, akan lebih mudah menjalani hidup karena kita mempunyai filter yang lebih jelas.
Kalau filter dalam hidup kita tidak cukup baik, bagaimana dengan hidup kita?