Speak up!

Dalam tulisan minggu lalu, saya menyinggung soal bagaimana seorang introver juga bisa berkembang dan melakukan banyak hal seperti layaknya orang-orang ekstrover, demikian juga ekstrover juga bisa mengembangkan diri dan memiliki kualitas dan keterampilan yang biasanya lebih alami dimiliki orang-orang introver. Tulisan minggu lalu juga menyinggung bagaimana orang-orang introver baik-baik saja dalam hidupnya, walau mungkin bisa jadi tidak semenyenangkan anggapan orang lain (khususnya mereka yang ekstrover).

Saya tidak menulis dalam rangka mengadu domba keduanya, tetapi ini dalam rangka saya berbagi apa yang saya alami dan rasakan sebagai seorang introver dan mencoba memperdamaikan dan mencari common ground keduanya. Secara khusus, saya berbagi dalam perspektif saya seorang introver, sehingga lebih mudah bagi saya menceritakan pengalaman dalam kaca mata ini. Kalau saya sudah menjadi ekstrover atau ada teman yang akan menceritakannya, barulah saya akan menuliskannya dari sisi seorang ekstrover.

Speak up! Itu mungkin salah satu nasihat yang banyak diberikan kepada banyak orang introver. Mengapa demikian? Karena orang-orang introver cenderung berdiam diri dan tidak berpendapat, dan memilih berpendapat setelah lama berpikir dan menentukan apa yang akan dibicarakan. Seringkali pula orang-orang introver juga merupakan pemalu, sehingga mereka enggan berbicara di depan orang banyak.

Dalam kondisi ekstrim, bisa jadi mereka mensimulasikan di otaknya terlebih dahulu kata-kata dan nada yang akan diucapkan. Agar berbeda dengan kebanyakan orang ekstrover yang bisa dengan lebih mudah berbicara dan menguasai panggung tanpa “banyak persiapan” dibandingkan orang-orang introver.

Saya sendiri bukanlah seorang public speaker yang baik. Saya tergolong pemalu dan “pemalas” di masa sekolah dan kuliah dalam hal berbicara di depan umum. Saya cenderung enggan berbicara di depan umum dan memilih berpendapat dan bekerja dibalik layer. Ketika saya aktif di gereja sebagai ketua komisi pemuda, barulah saya lebih mendapatkan ruang untuk melatih keterampilan tersebut.

Pekerjaan sebagai guru mengharuskan saya belajar berbicara di depan orang banyak dengan sebaik mungkin. Guru yang baik juga merupakan public speaker yang baik. Dalam perjalanan pengalaman saya sebagai seorang guru yang introver, saya akan coba berbagi beberapa hal yang saya lakukan dan ketahui yang membantu saya menjadi public speaker yang baik.

  1. Berbicara untuk berbagi
    Ketika kita berbicara di depan orang, kita harus mempunyai tujuan yang jelas, dan tujuan tersebut haruslah untuk berbagi, bukan untuk menyombongkan diri atau show off.

  2. Jadilah diri sendiri
    Ada banyak public speaker terkenal dan hebat di dunia, tetapi yang terbaik selalu menjadi diri sendiri. Kita bisa mengambil pelajaran dari orang lain, tapi saya percaya yang terbaik adalah menggunakan dan mengembagkan kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Contohnya, banyak orang dulu mengatakan bahwa mengatakan “hm..” atau “eengg” di saat berbicara di depan umum adalah sesuatu yang buruk. Saya rasa tidak juga. Kita bisa menggantinya dengan berdiam sejenak, membuat seolah apa yang kita bicarakan sesuatu yang penting, dan memberi ruang bagi audiens untuk berpikir sejenak juga.


  3. Jadilah ahli
    Jadilah ahlinya dalam hal yang akan kita bicarakan. Kalau kita akan mempresentasikan sesuatu tetapi kita pun tidak sepenuhnya yakin atau mengenal betul tentangnya, jelas kita akan mengalami kesulitan, seperti perasaan grogi (yang membuat penyampaian kita kurang lengkap dan jelas), cemas, lupa apa yang mau disampaikan, dan bingung mau menjawab apa ketika ada pertanyaan.

    Perasaan percaya diri, saya yakin, tidak hadir dari sekadar belief atau berusaha meyakinkan diri. Saya percaya bahwa ketika saya menjadi ahli (atau semakin ahli) dalam bidang atau materi yang akan saya sampaikan, saya bisa merasa percaya diri di “panggung”.

  4. Practice makes perfect
    Latihanlah sesering mungkin pada kondisi sesungguhnya, ambil kesempatan berbicara di depan umum sesering mungkin. Namun, hati-hatilah! Practice does make perfect, including practicing mistakes! Kalau kita melakukan kesalahan dan kita tidak mengetahuinya, dan terus “melatihnya”, kita akan terus melakukannya dan pada akhirnya bisa merasa atau menganggap hal itu sebagai hal biasa dan baik.
  5. Refleksi dan evaluasi
    Kita tidak lah sempurna, betapapun seringnya kita berlatih. Karena itu, selalu berefleksi dan mengevaluasi diri. Minta pendapat orang lain jika dimungkinkan.
  6. Mentor
    Sedapat mungkin, bangunlah relasi dengan mentor, sehingga kita dapat belajar dan mendapat bimbingan darinya.

Tentunya ada banyak saran-saran teknis lainnya. Namun, keenam hal ini yang saya rasakan sangat membantu saya selama ini. Bukan hanya dalam hal menjadi public speaker, tetapi juga dalam hal pekerjaan dan hidup kita. Menjadi public speaker bagi introver memang tidak mudah, tetapi di sisi lain seorang introver juga mempunyai kekuatan tersendiri, karena mereka akan mempersiapkan dengan sangat sebelum berbicara, bahkan setiap kata yang dipilih dan diucapkan pun bisa jadi sangat penting.

Selamat belajar!