Ditolong dan menolong

Saya teringat pada pengalaman saya berbagi di kampus saya semasa kuliah S2. Pada waktu itu, saya sudah hampir menyelesaikan program studi saya (menunggu kelulusan), dan salah satu dosen meminta saya untuk berbagi kepada mahasiswa S2 lainnya yang lebih junior mengenai tantangan, pengalaman, dan apa yang bisa kita lakukan agar melalui masa perkuliahan dengan baik.

Pada saat itu, entah bagaimana, saya mengatakan dua hal penting yang saya ingat sampai saat ini, yaitu mengenai ditolong dan menolong. Keduanya membutuhkan keterbukaan hati dan tangan. Ketika kita terlalu sombong dan merasa kita pintar dan hebat, kita tidak akan mau menolong orang lain karena kita dirugikan. Atau, jika kita menolongnya, itu karena kita mau menunjukkan kehebatan kita, dan pada akhirnya kita tidak menolong sepenuhnya.

Di sisi lain, kita juga perlu membuka diri kita untuk ditolong orang. Kepercayaan dalam relasi dengan orang lain akan dapat tumbuh dan terbentuk ketika kita pun rela membuka diri kita untuk ditolong orang lain. Ini berarti kita dengan rela hati menunjukkan kelemahan kita. Ini juga berarti kita cukup rendah hati untuk mengakui kelemahan kita dan membutuhkan bantuan orang lain.

Dalam relasi dengan orang lain, menolong dan ditolong, bagi saya adalah hal penting. Tidak bisa selalu kita yang menolong, tidak bisa juga selalu kita yang ditolong. Jika demikian adanya, tidak seimbang. Tidak ada orang yang hebat dalam segala hal, dan tidak ada orang yang lemah dalam segala hal.

Selain itu, ketika kita menolong, sadar atau tidak, kita juga sedang ditolong. Demikian juga ketika kita ditolong, kita sedang menolong orang. Bagaimana mungkin begini? Aneh bukan. Ini maksud saya. Ketika kita menolong orang lain, kita sedang ditolong (atau menolong diri kita sendiri) untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan sekaligus belajar menolong orang lain. Kita belajar untuk memahami orang lain lebih lagi. Ketika kita ditolong orang lain, kita belajar untuk terus rendah hati dan menolong orang lain untuk menolong kita.

Kalau kita tidak membuka diri untuk ditolong, orang akan merasa kita selalu baik-baik saja, dan pada akhirnya mereka tidak mengetahui siapa diri kita sesungguhnya.

Maukah kita ditolong dan menolong orang lain? Selamat menolong.