Beberapa tahun lalu, dunia (khususnya di bidang pendidikan) dikejutkan oleh sebuah negara di Eropa yang berhasil memiliki pencapaian tinggi di tes internasional (PISA) yang mengukur dan menganalisa kemampuan anak-anak berusia 15 tahun pada bidang literasi, numerasi, dan sains. Ketika negara top penghuni peringkat atas tes tersebut lebih banyak berasal dari negara-negara dengan sistem pendidikan yang “berat”, seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Singapura, negara ini “berhasil” masuk di peringkat 5 besar dengan sistem pendidikannya yang tidak menekankan “kerja keras” seperti negara-negara tersebut.