Be right or be kind?

“When you have the choice between being right and being kind, choose kind.” – Wayne Dyer

Sebagian dari kita mungkin cukup mengenal atau paling tidak pernah mendengar perkataan bijak di atas. Ketika kita mempunyai pilihan untuk menjadi/berbuat benar dan menjadi/berbuat baik, pilihlah untuk menjadi baik.

Image result for when you have the choice to be right or kind

Saya sudah pernah mendengar perkataan bijak tersebut sejak kecil. Namun, pertama kali saya memikirkan kembali perkataan tersebut adalah ketika saya menonton film Wonder. Pada film tersebut, diceritakan kisah seorang anak yang memiliki wajah yang buruk (setelah hasil operasi berulang kali) dan menjadi korban perundungan (bully) teman-teman di sekolahnya. Pada salah satu adegan, guru kelas anak tersebut membagikan tentang perkataan bijak ini.

Di sini lah saya memikirkan kembali perkataan ini. Apakah benar demikian? Apakah itu merupakan pilihan yang selalu tepat? Apakah menjadi orang baik sebenarnya berbeda dari menjadi orang benar?

Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi refleksi dan pikiran pribadi saya terkait perkataan bijak ini. Namun, bukan berarti saya sebetulnya memahami perkataan tersebut. Tulisan ini lebih berisi tentang “pergulatan” pikiran saya tentang perkataan bijak ini.

Saya tidak mengetahui konteks perkataan bijak ini dilontarkan oleh Dr. Wayne W. Dyer, seorang penulis buku asal Amerika. Mungkin perkataan bijak tersebut dilontarkan untuk mengkritik mereka yang memilih terus “menjadi orang benar” daripada berbuat baik, sehingga dalam beberapa kondisi malah menjadi “egois” karena mau dirinya merasa benar. Menjadi orang yang benar tidak selalu berarti memperjuangkan apa yang benar. Bisa jadi, kita memperjuangkan kebanggaan diri kita yang kita anggap selalu benar. Dalam arti lain, kita tidak rela salah, atau menjadi/terlihat lemah di mata orang lain.

Secara pribadi, saya tidak terlalu setuju untuk memisahkan “benar” dan “baik”, walau mungkin ada betulnya juga bahwa orang benar belum tentu baik dan orang baik belum tentu benar. Bisa jadi, itu adalah kompleksitas dan realita di kehidupan ini. Bagi saya secara pribadi, menjadi dan melakukan yang benar “seharusnya” juga berarti menjadi orang baik. Namun, karena standar “kebenaran” dan “kebaikan” bisa jadi begitu subyektif, bisa jadi memang ada yang salah menurut pandangan pihak tertentu.

Bagaimana kalau dalam kasus seperti ini:

Murid saya bertanya kepada saya mengenai jawaban dari soal matematika yang ia sedang kerjakan di kelas sebagai tugas kelas. Ia diizinkan untuk berdiskusi dan membuka buku atau sumber lainnya. Lalu, saya tidak mau menjawabnya, betapapun ia memohon.

Apakah yang saya lakukan itu benar atau baik? Atau malah tidak keduanya?

Sebagian orang bisa merasa bahwa itu adalah hal yang benar untuk saya lakukan, karena mungkin bagi mereka itu adalah waktu bagi sang murid untuk belajar secara mandiri. Ada waktunya nanti ketika saya bertanggungjawab menjelaskannya.

Sebagian yang lain bisa merasa bahwa saya adalah guru yang jahat (lawan dari baik), karena saya seharusnya menunjukkan kasihan kebaikan dengan memberitahukan jawabannya. Kalau saya tidak rela memberitahukan jawabannya, bagaimana mungkin sang murid bisa belajar dengan baik.

Image result for do the right thing is kind

Atau, ada sebagian pihak lain yang mempunyai pandangan berbeda.

Sayangnya, konteksnya kasus di atas tidak lengkap. Bisa jadi memang saya memberikan ruang bagi sang murid untuk mengerjakan secara mandiri sehingga saya tidak akan menjawabnya. Namun, di waktu tertentu kemudian saya akan membahasnya.

Kebenaran dan kebaikan tidaklah mudah untuk dinilai/dihakimi. Namun, saya pribadi percaya bahwa kebenaran tidak seharusnya sepenuhnya terpisahkan dari kebaikan. Berbuat benar bisa juga berarti berbuat baik, dan begitu juga sebaliknya. Misalnya, ketika anak berbuat salah, apakah seharusnya ditegur? Saya rasa banyak orang akan mengatakan iya. Namun, sebagian akan berkata itu bukan hal “baik” untuk dilakukan, khususnya ketika ia sudah merasa bersalah. Saya pribadi lebih memilih menegurnya, namun dengan tidak berlebihan. Kemudian, saya bisa mengajak bicara anak saya dan mengevaluasi apa yang ia rasakan dan pikirkan.

Baik atau benar? Entahlah.. bisa jadi refleksi saya ini pun ngawur. Namun, ini yang saya pikirkan. Bagaimana dengan Anda?

2 thoughts on “Be right or be kind?

    1. Thanks for sharing ur thoughts. That’s intriguing 😀
      I think being right and being kind can’t be easily separated, or even probably they are inseparable. I personally believe that being right (or do the right thing) involves heart more, at least that is my experience. When we involve our head more, it could be more of an action based on data rather than what we feel it should be (involve conscience, emotion, integrity, etc.) or worse it could be to rationalize our ego (which is what we want to avoid as much as possible).

      Liked by 1 person

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s