Selama saya menjadi guru, beberapa kali saya mendengar teman saya berkata begini ketika ia masuk ke ruang guru, “Hahh.. capeekk.. Gak enak jadi koordinator. Banyak kerjaannya. Kalau anak kasus, ketemunya sama kita.” Atau, dalam konteks lain, “Cape jadi ketua. Orang kalo komplain gue mulu yang kena.”
Pernahkah kita berada di situasi serupa, di mana kita mengeluh karena posisi atau beban pekerjaan kita? Namanya mengeluh, tentu sebenarnya sah-sah saja. Tidak mungkin sepenuhnya kita terus senang atau bahagia dan menikmati hidup dan pekerjaan kita. Pasti ada saatnya di mana kita merasa lelah.
Walau begitu, mari kita coba menilik kembali arti dibalik keluhan tersebut. Mungkin dengan demikian, keluhan kita akan berkurang.
Wajar sekali jika kita lelah dalam bekerja dan mempunyai keluhan tertentu. Toh, memang hidup tidak sempurna, kita pun manusia (yang jelas tidak sempurna), dan bagaimanapun kita bisa saja menyakiti orang lain. Bisa membuat orang lain mengeluh, atau juga membuat diri kita sendiri mengeluh.
Namun, mengeluh terus juga tidak akan menjadi solusi. Bahkan, keluhan seringkali membuat beban hidup kita terasa lebih berat, ketika kita tidak mampu mengelolanya dengan benar. Kita perlu mempunyai cara pikir yang tepat agar hal-hal tidak menyenangkan yang kita rasakan dapat kita lewati dengan baik.
Bagi saya pribadi, hal-hal berikut ini yang saya bisa bagikan menjadi tips untuk melaluinya. Bagi saya, hal ini kembali kepada cara pikir (mindset), terlepas dari konsep soal spiritualitas (yang tentunya sangat menolong untuk lebih memilih bersyukur daripada mengeluh).
- Hidup memanglah tidak mudah, tetapi selalu ada harapan.
Kesadaran bahwa hidup memang tidak mudah menjadi langkah awal bagi kita untuk menjalani, walau ada kalanya (atau bahkan seringkali) kita tidak mengerti mengapa. Apapun itu, kita perlu mempunyai keyakinan, bahwa semuanya akan menjadi lebih baik. Lah, tahu dari mana? Sejarah. Sejarah menunjukkan berulangkali bahwa penderitaan yang kita rasakan tidak untuk selama-lamanya. Selalu ada secercah harapan untuk masa depan yang lebih baik, dalam skala apapun itu.
- Kesulitan menjadi momen bagi kita menjadi pemimpin sesungguhnya.
Memiliki cara pikir dan cara hidup ini menjadi sangat penting menurut saya. Seringkali mereka yang mempunyai keluhan adalah mereka yang mempunyai beban pekerjaan tidak mudah, para pimpinan. Namun, bukankah memang demikian pekerjaan pemimpin? Kesulitan menjadi momen, wadah bagi kita untuk menunjukkan karakter dan kemampuan kita sesungguhnya. Kalau semuanya baik-baik dan menyenangkan, buat apa ada kita? Justru momen sulit itu menjadi “panggung” bagi kita.
Poin kedua yang ingin saya tekankan. Menjadi pemimpin memang tidak mudah. Bahkan, seringkali kita diperhadapkan pada situasi yang sama sekali tidak menyenangkan. Kita harus membuat keputusan penuh resiko, bisa jadi kita yang kena getahnya. Kita harus menghadapi keluhan orang lain. Kita yang menjadi sansak kemarahan orang lain. Kita diberikan beban kerja lebih. Dan seterusnya… Namun, bukankah memang itu tanggung jawab pemimpin? Bukankah pemimpin memang selalu berada di posisi yang lebih sulit?
“Kepemimpinan bukanlah hak istimewa untuk melakukan lebih sedikit dari yang lain. Kepemimpinan adalah tanggung jawab untuk melakukan lebih.”
Gampangnya, ya memang itu nasib jadi pemimpin. Kalau kita merasa, “Lah, saya kan tidak memegang jabatan apapun di kantor. Saya bukan pemimpin kalau begitu.” Ups, hati-hati. Ingat, kita tetaplah pemimpin. Pemimpin tidaklah bergantung pada posisi atau jabatan tertentu. Kepemimpinan adalah soal peran kita, apa yang kita lakukan. Pemimpin adalah mereka yang mau membuka jalan bagi orang di sekitarnya untuk menjadi lebih baik, mereka yang menyatakan kepedulian dan pemberdayaan bagi orang lain.
Hidup memang tidaklah mudah. Menjadi pemimpin memang tidak mudah. Dari kemudahan, tidak ada inovasi dan kehidupan yang lebih baik. Sebaliknya, dari kesulitan, ada kesempatan untuk maju. Saya teringat quote yang ditulis atasan saya di sekolah di profil e-mailnya, “Adversities have the prospensity for opportunities.” Kesulitan dan tantangan hidup memiliki kecenderungan untuk menjadi kesempatan. Kesempatan untuk sukses dan menjadi lebih baik.
Kita kah pemimpin itu? Selamat merenung.