Apa hal-hal paling menyebalkan dari mengajar/mendidik seorang anak/murid? Mari kita menjadi manusia biasa dan menuliskan “keluhan” jujur kita.
- Malas
- Buruk dalam mengatur waktu
- Sulit atau lambat memahami
- Tidak disiplin
- Kurang banyak berpikir
- Pikiran tidak terstruktur
- Kurang berpikir mendalam
- Tidak mencatat
Tentunya bisa saja kita menyebutkan banyak hal lainnya dengan lebih detil. Namun, bagi saya pribadi, saya sangat terganggu ketika anak kurang berpikir dengan cukup matang dan mendalam. Sebagai seseorang yang menikmati belajar dan berpikir, tentunya hal ini cukup mengganggu karena saya berharap anak-anak murid saya bisa menikmati belajar dan berpikir mendalam, atau paling tidak mereka mau belajar untuk itu.
Namun, demikian sulitnya pula ketika mendidik anak-anak untuk berpikir dalam matematika. Mungkin karena kebiasaan atau entah mengapa, ketika melihat soal matematika, mereka maunya cepat saja menjawab. Dan kita tahu akhirnya.. salah jawabannya. Jika kemudian diberitahu kesalahannya dan saran untuk mengubahnya, dilakukan lagi hal yang sama.
Hal ini terus berulang kali saya alami selama menjadi guru matematika. Karena itu, saya terus memikirkan dan mencari tahu cara untuk mendidik dengan lebih efektif agar anak-anak bisa menyelesaikan soal-soal matematika dengan lebih baik.
Tentunya, masalah konten dan keterampilan matematika menjadi kunci penting juga. Itu tidak terhindarkan. Kalau kita tidak memahami konsep matematika, ya jelas kita tidak bisa menyelesaikan soal-soalnya. Namun, hal yang saya mau lebih tekankan adalah mengenai proses berpikir.
Hal ini pun berlaku bagi anak-anak yang biasanya secara kemampuan cukup baik, tetapi kurang berhasil dalam menyelesaikan soal. Sekali lagi, mereka lebih suka terburu-buru melihat pertanyaan akhir dan mengerjakannya tanpa ada proses berpikir yang terstruktur dan tepat.
Coba perhatikan contoh-contoh berikut.
- John mempunyai beberapa permen. Setelah ia memberikan 8 permen kepada Pei Ling, mereka mempunyai banyak permen yang sama. Berapa banyak permen yang dimiliki John mula-mula? Anggap m adalah banyaknya permen Pei Ling mula-mula.
(a) m
(b) m+4
(c) m+8
(d)m+16
Kalau anak terburu-buru, mereka bisa saja langsung menjawab pilihan (c) m+8. Namun, apakah tepat? Bagaimana cara berpikirnya?
- Baca dan pikirkan dengan baik (baca setiap kalimat dengan baik)
- Visualisasikan informasinya
- Diskusikan dengan orang lain atau cari sumber informasi lain (jika memungkinkan)
Lakukan jika memang memungkinkan, mencari sumber informasi tambahan untuk menolong kita memahami soal tersebut. - Estimasi jawaban
Karena itu, sudah pasti banyaknya permen John adalah (m + …), di mana pilihan jawaban (a) pasti tidak tepat. - Gunakan model matematika
- Evaluasi apakah masuk akal atau tidak
Membandingkan jawaban kita dengan estimasi sebelumnya, dan melihat kembali cara yang kita gunakan, kita mencoba menganalisa kembali apakah keseluruhan jawaban kita masuk akal (make sense) atau tidak.
Mari perhatikan contoh lainnya:
- John mempunyai sejumlah uang. Ia menggunakan sebanyak 3/7 bagian untuk di hari Sabtu. Ia menggunakan 5/6 bagian dari sisa uangnya di hari Minggu. John menggunakan $42 lebih banyak pada hari Minggu daripada di hari Sabtu. Berapa banyak uang yang John miliki pada awalnya?
Proses berpikir
- Baca dan pikirkan dengan baik (baca setiap kalimat dengan baik)
- Visualisasikan informasinya
- Diskusikan dengan orang lain atau cari sumber informasi lain (jika memungkinkan)
Lakukan jika memang memungkinkan, mencari sumber informasi tambahan untuk menolong kita memahami soal tersebut. - Estimasi jawaban
- Gunakan model matematika
- Evaluasi apakah masuk akal atau tidak
Membandingkan jawaban kita dengan estimasi sebelumnya, dan melihat kembali cara yang kita gunakan, kita mencoba menganalisa kembali apakah keseluruhan jawaban kita masuk akal (make sense) atau tidak.
Jo Boaler, seorang profesor di bidang matematika dari Stanford university, mengatakan bahwa sangat penting bagi kita untuk mengajarkan proses dan cara berpikir kepada anak, dengan memberikan dan memodelkan langkah-langkah seperti di atas. Ke-6 proses tersebut juga diusulkan olehnya.
Walau begitu, apakah tetap mudah mengajarkan anak mengerjakan soal dengan baik? Tentu tidak semudah membali telapak tangan. Tetap perlu ada perjuangan mengingatkan dan memodelkan secara konsisten, dan anak pun perlu berlatih dengan konsisten.
Yuk, mari kita lebih banyak memfasilitasi anak murid kita untuk berlatih berpikir dengan konsisten dan menggunakan cara-cara yang terstruktur. Dengannya, mereka pun akan lebih terbiasa dan terlatih untuk menggunakannya. Pada awalnya mungkin akan terasa lambat dan membosankan dan tidak berarti. Namun, ketika sudah terbiasa mereka akan otomatis melakukannya dan semua akan berjalan lebih cepat.
Semangat belajar! 😊