Kita tidak sempurna, tetapi belajar semakin sempurna.

Seperti yang saya tulis di artikel perkenalan awal saya tanggal 15 April 2019 yang lalu, saya tidak lah sempurna. Saya yakin, Anda pun tidak demikian. Tidak ada dari kita yang sempurna, tetapi setiap dari kita bisa berjuang untuk menyempurnakan diri kita. Artinya, kita terus berjuang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bertumbuh dan lebih baik lagi, dalam aspek apapun itu.

Kita berbagi dan belajar memimpin, bukan berarti karena kita sempurna, tetapi justru karena kita mau terus belajar dan sambil itu dilakukan kita hanya ingin berbagi agar orang lain pun bisa belajar dari perjalanan kita.

Image result for we are not perfect

Namun, perlu diingat juga bahwa hal ini bukan menjadi alasan agar kita tidak berkembang ya. Semakin terus berkembang, semakin kita bisa menginspirasi lebih baik lagi. Semakin kita bisa menginspirasi orang lain, semakin kita menjadi pemimpin yang lebih baik.

Jadi pemimpin itu tidak sulit

Jadi pemimpin efektif itu tidak sulit. Tapi SANGAT SULIT! Mengapa? Karena dibutuhkan pengorbanan dan keberanian yang besar untuk melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan bagi kita, atau bahkan juga tidak disukai oleh rekan tim kita, tetapi kita harus lakukan.

Misalnya, ketika ada guru yang melanggar aturan sekolah secara fatal, kepala sekolah sebagai pemimpin dari guru-guru bertanggungjawab untuk menegur. Bahkan, ketika hal tersebut sudah dilakukan berulang kali dan tidak bisa diberikan toleransi lagi, sang pemimpin sekolah bisa saja meminta sang guru untuk mengundurkan diri atau memutus hubungan kerja sang guru dengan sekolah. Tentunya, sang guru tidak senang dengan keputusan tersebut. Namun, juga hal tersebut tidak mudah untuk dilakukan sang pemimpin.

Menjadi pemimpin yang baik tentunya sulit. Kalau mudah, sudah ada banyak pemimpin yang baik dan hidup kita tidak akan sesulit saat ini. Kita akan mempunyai presiden atau pemimpin-pemimpin bangsa yang baik dan benar, pemimpin di pekerjaan yang baik, pemimpin di keluarga juga yang baik. Dengan pemimpin yang baik, sudah jelas komunitas akan lebih baik. Namun, kenyataannya tidak demikian bukan?

Ke mana arah sekolah kita?

Saya pikir, pertanyaan ini tidak hanya berlaku di sekolah. Pernahkah kita mempertanyakan hal serupa? Ke mana arah hubungan kita? Ke mana arah perusahaan kita? Ke mana arah negeri ini? Ketika kita merasakan kebingungan tentang arah dan tujuan, kita pasti akan bertanya-tanya. Bagus kalau kemudian kita menemukannya dan kita setuju dengannya. Bagaimana jika kita dibuat menunggu terkatung-katung mencari tahu arah dan tujuannya?

 

Ini sama seperti kalau pacaran tapi “digantungin”. Sudah pacaran 4-5 tahun, tapi belum juga diajak menikah. Sudah bekerja kontrak 3 tahun tapi belum juga dijadikan guru tetap. Sudah melewati masa percobaan (probation) 6 bulan tapi juga belum ditawarkan kontrak.

Di berbagai organisasi, komunitas, atau gerakan, termasuk sekolah, visi dan tujuan sangatlah penting karena menyangkut arah dan langkah ke depan. Ketika tujuannya jelas, lebih mudah untuk membuat strategi untuk mencapai tujuan-tujuan kecil yang bisa mewujudkan visi kita. Ini adalah tanggung jawab para pemimpin, seperti kepala sekolah (principal) dan head of school

Pemimpin bertanggungjawab membentuk dan menentukan arah dan tujuan organisasi dan memastikan bahwa setiap anggota timnya mengetahui, memahami, dan bekerja sejalan dengan visi tersebut. Ketika anggota tim sungguh-sungguh memahami visi dan nilai yang berlaku, selebihnya akan menjadi pekerjaan yang lebih mudah.

Sudahkah kita menjadi pemimpin yang memiliki visi yang jelas?