Istirahat! Istirahat!

Kerja! Kerja! Kerja! Itu slogan yang seringkali memenuhi berbagai iklan layar kaca, yang merupakan slogan dari Presiden Joko Widodo selama masa pemerintahannya di periode 2014-2019. Slogan yang baik bukan? Dengan begitu, kita fokus bekerja dan mengusahakan yang terbaik untuk kepentingan bersama.

Bagaimana kalau saya tawarkan slogan lain?

Berhenti! Berhenti! Berhenti!

Mengapa? Generasi saat ini terlalu fokus untuk bekerja dan menjadi produktif, termasuk juga saya. Ada masa di mana saya merasa “salah” ketika saya berhenti bekerja, dan tidak berbuat apa-apa. Ketika libur, ketika tidak ada pekerjaan khusus yang harus secepatnya saya selesaikan.

Apakah Anda juga pernah merasa demikian?

Dalam perjalanannya, saya merasa ada yang salah dengan gaya bekerja ini. Tidak masalah dengan menjadi produktif, tetapi kita juga perlu beristirahat dan berhenti sejenak untuk merefleksikan perjalanan kita. Masalahnya, kadar kebutuhan istirahat setiap orang memang berbeda-beda. Ada yang membutuhkan waktu lebih panjang, ada yang tidak.

Hal terpenting menurut saya adalah bagaimana kita bisa secara sadar untuk bekerja dan berkarya, tetapi sekaligus juga sadar untuk mengistirahatkan tubuh kita. Selain itu, beristirahat sejenak juga membantu kita untuk mengorientasikan fokus kita kepada manusia atau orang di sekitar kita, termasuk mereka yang telah bekerja bersama dengan kita. Terlalu banyak bekerja dapat membuat kita kurang menghargai keberadaan mereka, khususnya orang-orang terdekat dan mereka yang telah membantu kita dalam pekerjaan kita.

Menjadi seorang pemimpin bukan hanya berarti mengerjakan pekerjaan sebaik-baiknya dan menolong orang lain bekerja dengan baik, tetapi juga menghargai dan menunjukkan kasih dan kepedulian kita kepada mereka. Menjadi pemimpin juga berarti memanusiakan manusia. Dengan demikian, kita belajar menjadi manusia sepenuhnya.